Ketoprak Jurnalis, Panggung Berbagi kepada Sesama

Minggu, 04 November 2018 - 12:51 WIB
Ketoprak Jurnalis, Panggung Berbagi kepada Sesama
Ketoprak Jurnalis, Panggung Berbagi kepada Sesama
A A A
Meski disibukkan dengan seabrek aktivitas dan hanya tiga kali latihan (itu pun pemainnya tak pernah lengkap), para pelakon Ketoprak Jurnalis dengan lakon “Ken Arok: Tahta, Harta, dan Wanita”, yang tampil di Gedung Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta Selatan, pada Kamis (1/11), terbilang luar biasa.

Sepanjang pertunjukan, pentas seni tradisi yang di sutradarai Aries Mukadi dan didukung para jurnalis senior plus praktisi humas ini, tak henti mengocok perut penonton. Meski ada sebagian yang lupa dialog bahkan nama tokoh yang diperankannya, para pemain bisa melakukan improvisasi dengan baik.

Pementasan semakin menghibur berkat banyolan-banyolan segar dua pelawak Srimulat, Tessy dan Polo. Lazimnya pementasan yang diikuti para praktisi perusahaan, para pemain dengan piawainya menyelipkan istilah-istilah penting di bidang ekonomi, terutama perbankan.

Mereka juga tak lupa memanfaatkan ruang panggung sebagai ajang promosi perusahaannya. Ilya Avianti, Komisaris Utama PLN misalnya, berperan sebagai Dewi Ardhani, permaisuri Prabu Jaya merta (yang diperankan Pemred Infobank Eko B Supriyanto).

Dia dengan lantang mengatakan bahwa seluruh wilayah Kerajaan Jenggala sudah diterangi listrik. “PLN menerangi negeri. Tanpa sambungan listrik dari PLN, pementasan ini juga tidak bisa dijalankan karena pasti gelap,” ujarnya disambut gelak penonton.

Tak ketinggalan Alia Karenina dari BRI, yang memerankan istri Patih Puradaksa (yang diperankan Hatim Varabi dari KORAN SINDO ) juga menyosialisasikan program Teras dan agen BRIlink.

“Lapor Sang Prabu, rakyat di wilayah saya sudah sangat memahami sistem pembayaran yang baik. Rakyat Jenggala yang memiliki rekening tabungan semakin banyak berkat program Teras BRI dan agen BRIlink. Kebetulan istri saya ini dari BRI,” tutur Patih Paduraksa, mempertegas penjelasan istrinya.

Sontak, penonton terpingkal mendengar celetukan ini. “Pentas ini selain untuk mempererat tali silaturahmi antar jurnalis dan kawan-kawan humas, juga tak lain untuk menjaga, mencintai, dan melestarikan seni tradisi. Pentas ini juga dalam rangka menggalang dana bantuan untuk korban bencana alam di Sulawesi Tengah, Palu, Donggala, dan Sigi,” ujar Produser Eksekutif Eko B Supriyanto.

Lakon Ken Arok dipilih karena sangat aktual, lantaran Indonesia sedang memasuki tahun politik. Ken Arok sendiri adalah kisah paling berdarah dalam sejarah perebutan tahta di Nusantara.

Kisah berdirinya Kerajaan Singasari yang memakan tumbal tujuh nyawa sebagai akibat karma yang dilontarkan Empu Gandring sebelum dijemput ajal akibat ditusuk keris buatannya, oleh Ken Arok. “Pesan moralnya, jangan sampai kita menghalalkan segala cara hanya untuk merebut kekuasaan,” kata Eko didampingi Nurul Federer, asisten produser.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5552 seconds (0.1#10.140)